Mungkin sudah tidak asing lagi dengan ajang-ajang pencarian bakat yang digelar oleh beberapa stasiun televisi swasta. Sebut saja AFI, Indonesia Idol, KDI, X-Factor, Indonesia Got Talent, Mamamia, Dangdut Academy, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ajang pencarian bakat yang dilakukan dengan menjaring peserta dengan melakukan audisi di beberapa daerah kemudian diseleksi, dlatih dan kemudian bersaing meraih simpati masyarakat melalui polling sms.
Ajang pencarian bakat bukan merupakan hal yang baru di Indonesia. Ia telah ada dirintis bahkan jauh sebelum televisi marak di Indonesia. Radio Republik Indonesia telah menjadi pelopor pencarian bakat oleh media massa di Indonesia melalui acara Bintang Radio. Sebuah acara yang digemari pada era 1970 hingga medio 1990-an. Sesuatu yang kemudian tenggelam dengan berwarnanya televisi di Indonesia. Ajang ini kemudian bertransformasi ke bentuk audio-visual di televisi.
Berbagai macam respon dan tanggapan pun muncul menyikapi ajang pencarian bakat seperti ini, baik dari masyarakat sebagai penonton, pengamat hingga peserta dan pemenang kontes itu sendiri. Tentu masing-masing melihat dari sudut pandang yang berbeda pula. Sehubungan dengan judul tulisan ini mengenai prestasi, bisnis dan promosi daerah, maka saya sebagai masyarakat yang tinggal di daerah kecil akan mencoba sedikit mengulas ajang pencarian bakat dari sisi tersebut.
Ajang Pencarian Bakat Sebagai Lahan Bisnis Stasiun Televisi
Indosiar merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang boleh dikatakan yang pertama menelurkan kesuksesan dalam acara ajang pencarian bakat lewat Akademi Fantasi Indonesia. Sejak itu berbagai stasiun televisi berlomba-lomba menampilkan tayangan serupa dengan nama dan mekanisme yang beragam. Sebuah acara yang menjadi inspirasi stasiun-stasiun lain untuk menampilkan acara serupa seperti Indonesian Idol, KDI, Indonesia Mencari Bakat, X-Factor Indonesia, dan masih banyak lainnya. Acara seperti ini kemudian bermetaforsis menjadi sebuah tontonan berkala di televisi setiap tahunnya.Ajang pencarian bakat di stasiun-stasiun televisi memang memberi keuntungan bagi para kontestan karena dengan mengikuti ajang tersebut, dapat membuka peluang menjadi terkenal dan otomatis mendapatkan keuntungan secara materiil. Tapi, tentu pula stasiun-stasiun televisi mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari ajang tersebut.
Acara ajang pencarian bakat memang merupakan salah satu ladang bisnis yang cukup menggiurkan bagi stasiun televisi yang cukup menjajikan. Hal ini terlihat jelas dari ketatnya persaingan stasiun-stasiun televisi saling berebut untuk mendominasi pilihan penonton dengan saling mengungguli satu sama lain lewat acara ajang pencarian bakat.
Stasiun televisi mendapatkan pemasukan dari sponsor-sponsor yang berbanding lurus dengan rating acara tersebut. Karena itu, masing-masing stasiun televisi berlomba-lomba menyajikan sesuatu yang lebih dengan beragam metode perekrutan peserta dan penjurian demi memikat pemirsa sebanyak-banyaknya.
Selain dari iklan sponsor, pendapatan stasiun televisi yang tidak kalah besarnya yakni dari pemasukan partisipasi khalayak untuk mendukung kontestan. Ada dua cara yang umumnya dapat digunakan untuk mendukung para kontestan yakni melalui SMS Premium dan Poling Telepon. Mekanisme tersebut memberikan kesempatan khalayak untuk menilai siapa yang pantas dan tidak pantas tampil pada minggu berikutnya hingga menjadi pemenang.
Mengasah Bakat, Mengukir Prestasi di Ajang Pencarian Bakat
Ajang cari bakat di dunia tarik suara terus dibanjiri peminat. Harapan para kontestan kontes reality show di televisi ini beragam. Ada yang sukses, tak sedikit pula yang kandas.Menjadi terkenal tentu adalah impian banyak orang. Maka, ketika televisi swasta membuka ajang adu bakat dan ada jutaan orang ikut mengadu keberuntungan. Tawaran hadiah yang menggiurkan serta popularitas melalui pemberitaan di media yang terus menerus selama ajang berlangsung menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengikuti program ajang pencarian bakat.
Namun, untuk menjadi orang terkenal dan entertainer sukses tidak semudah yang ditunjukkan oleh media. Banyak persaingan yang harus dihadapi, bahkan orang-orang yang sudah lama malang melintang di dunia entertainment tanah air bisa saja tiba-tiba tergeser dominasinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan minimnya jebolan ajang pencarian bakat yang bisa benar-benar sukses berkarir di dunia entertainment Indonesia.
Semua itu tentu kembali ke proses yang dilalui oleh masing-masing kontestan. Potensi untuk terus mengasah bakat, kematangan psikologis, kemampuan dalam menciptakan peluang hingga ke garis tangan tentu sangat menjadi faktor penentu keberhasilan berkarir.
Tak sedikit dari jebolan ajang pencarian bakat yang justru karirnya terpuruk dikarenakan mimpi dan kenyataan yang diperoleh tidak sesuai. Harapan untuk menjadi bintang secara instan lewat ajang pencarian bakat terkubur seiring kerasnya persaingan yang ada di dunia entertainment dan karir di bidang lainnya.
Namun, Tak sedikit pula yang mampu lebih cemerlang di dunia entertainment dari proses pencarian bakat seperti ini. Sebut saja Sule (API), Judika (Indonesian Idol), Nassar (KDI), Kotak (Dream Band), Gisel (Indonesian Idol), Rina Nose (API), Fatin (X-Factor), dan masih banyak lainnya.
Selain di dunia entertainment, ada pula yang justru menjadikan ajang pencarian bakat sebagai batu loncatan untuk meniti karir di bidang lainnya, mulai dari bisnis hingga politik.
Promosi Daerah lewat Ajang Pencarian Bakat
Nah, mungkin ini sisi yang paling jarang ditemukan ulasannya dalam acara ajang pencarian bakat di stasiun-stasiun televisi, yakni promosi daerah.Untuk kota-kota besar yang sudah kerap kali tampil di layar kaca lewat berita dan acara lainnya, mungkin memang tidak begitu terpengaruh. Tapi bagi kota-kota lainnya apalagi yang jarang diliput media, tentu dengan tampilnya kontestan mewakili daerahnya akan menjadi sebuah kebanggan dan menjadi ajang promosi daerah tersebut. Terlebih lagi jika mampu bertahan hingga akhir acara atau jadi pemenang.
Sebuah contoh dari kabupaten di Sulawesi Selatan yakni kabupaten Selayar, dimana telah meloloskan Aty dalam sebuah ajang pencarian bakat “D'Academy” di salah satu televisi swasta. Meski beberapa hampir setiap tahun telah ada perwakilan dari kabupaten lain di Sulawesi Selatan yang lolos dengan beragam kontes pencarian bakat, tapi baru kali ini disebutkan asal daerahnya, sebelumnya hanya disebutkandari Makassar karena lolos seleksi dari audisi Makassar.
Selama lolos menjadi finalis, Aty yang kental dengan logat khas Makassar seringkali mempromosikan Selayar secara tidak langsung, hingga mengadakan konser menggalang dukungan di kabupaten Selayar yang diliput media nasional. Beberapa destinasi wisata yang dahulunya luput dari media nasional, menjadi sorotan dan ramai dibicarakan di berbagai jejaring sosial. Walhasil, beberapa saat kemudian investor kemudian berdatangan menawarkan investasi ke kabupaten Selayar, karena baru mengenal potensi yang ada disana dan Aty pun dinobatkan sebagai duta pariwisata Selayar. (kepulauanselayarkab.go.id)
Dibeberapa ajang serupa pun, kerap kali dilihat bagaimana dukungan pemerintah daerah memberikan support kepada kontestan yang mewakili daerahnya. Bahkan ada yang melakukan nonton bareng di Alun-alun kota atau di rumah jabatan pejabat setempat hingga menghadirkan perwakilan pemerintah sengaja hadir langsung di acara tersebut. Selain memberikan semangat dan dukungan tentu ini juga menjadi ajang promosi daerah, terlebih lagi ini ditayangkan di waktu prime time.
Dampak secara tidak langsung kami alami juga di bebrapa blog yang kami kelola, meski kami belum bisa memastikan apakah memang itu berhubungan langsung atau secara kebetulan. Beberapa saat setelah salah seorang kontestan dari kabupaten Pinrang, Aidil, lolos menuju tahapan selanjutnya di salah satu ajang pencarian penyanyi dangdut terbesar di Indonesia, KDI 2015,kata kunci pencarian tentang Pinrang yang merujuk ke blog kami meningkat secara signifikan. Kata kunci yang paling dominan antara lain “Wisata Pinrang”, “Adat Istiadat Pinrang”, serta “Makanan Khas Pinrang”.
Tentu dengan kondisi seperti ini, menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah setempat. Hal ini sangat tergantung dari sejauh mana kesiapan dan kemampuan mengelola serta memanfaatkan kesempatan untuk memperomosikan potensi daerahnya.
(diolah dari berbagai sumber/asalada09)